Senin, 20/06/2011 13:41 WIB
Oleh Ineu
Tak biasanya sepulang menunaikan shalat maghrib di
masjid bersama ayah dan kakaknya, putri kecilku menguak pintu tanpa mengucap
salam. Tangisnya terdengar sejak masih di halaman. Ia langsung menghambur dan
memeluk saya sambil mengadukan sesuatu. Sayangnya, apa yang ia sampaikan di
sela tangisnya itu tak dapat saya dengar dengan jelas.
Air matanya menetes menembus kain mukena yang masih
membalut tubuh saya yang baru saja usai mengajari putri bungsu menghapalkan
sebuah doa. Bahunya naik turun seirama tangisnya. Saya elus-elus ia, berharap
dapat menenangkan hatinya agar tangis itu segera reda.
Tak lama kemudian pangeran kecilku masuk sambil
mengucap salam. Raut mukanya terlihat ikut prihatin dengan kesedihan yang
dialami adiknya. Tanpa diminta ia langsung menjelaskan apa yang menyebabkan
adiknya bersedih.
Ternyata usai shalat maghrib tadi, mereka mampir ke
sebuah mini market. Ayahnya hendak membeli suatu keperluan. Saat itulah si
putri kecil merengek meminta ayahnya membelikan suatu produk kecantikan yang
disinyalir dapat membuat wajah seorang wanita bercahaya dan tampak lebih muda.
Ia ingin menghadiahkannya pada saya. Namun, sang ayah tak mengabulkan
keinginannya itu.
Geli bercampur haru mendengar tuturan pangeran kecil
tentang penyebab tangis si putri nan penuh perhatian ini. Rupanya, ia terjerat
iklan yang sering tayang saat kami menyimak berita televisi. Tetapi terlepas
dari bicara tentang perangkap iklan, saya merasakan niat mulia si putri yang
baru berusia 4,5 tahun itu. Betapa besar perhatiannya hingga mencari-cari
produk kecantikan tersebut. Padahal anak seusia ia biasanya sibuk memilih
mainan, makanan atau minuman kesukaan saat menyertai orangtua berbelanja, iya
kan?
Tangisnya mulai mereda, sepertinya ia merasa lega ada
yang membantu menyampaikan kesedihan hatinya. Sejenak saya lepaskan pelukannya,
sekedar ingin menatap bola matanya. Sebuah senyuman saya sunggingkan disertai
ucapan terimakasih atas perhatiannya itu lalu kembali saya dekap ia dengan
sepenuh rasa sayang di hati.
Sesaat kemudian saya lirik suami, memberi tanda
padanya agar menjelaskan mengapa keinginan gadis kecil itu tak dipenuhinya.
Spontanitas ingin membela anak terasa lebih merajai hati saat itu, padahal
belum mengetahui jawaban sang ayah yang menyebabkan perasaan si putri terluka
(mungkinkah ini yang dinamakan bagian dari naluri seorang ibu?).
Setelah berdehem beberapa kali, suamiku menceritakan
alasannya bahwa ia tak membawa dompet, hanya berbekal uang yang ada di saku
baju kokonya saat mendadak mampir ke toko tersebut. Belum usai ia bertutur, si
putri kecil kembali meradang, “tapi aku kan ingin beli barang itu,... biar
wajah bunda bercahaya kalo pake itu, huhuhhu...” tangisnya pecah kembali.
Sama halnya dengan saya, suamiku tersenyum menanggapi
protes si putri kecil, beberapa detik kemudian sambil menatap saya, ia berkata,
“Bunda itu akan terlihat bercahaya cukup dengan air wudhu'.”
Sejenak saya tertegun, tak menyangka suamiku akan
berkata demikian, meskipun dalam hati saya setuju dengan apa yang ia ucapkan,
namun naluri ingin membela anak muncul kembali. Tanpa berpikir panjang, segera
saya katakan, “ya itu memang benar, tapi...merawat wajah dengan
produk-produk itu pun tak ada salahnya bukan?” Ia tak menjawab pertanyaan
saya, hanya ada seulas senyum yang terkembang lalu pamit dan bergegas mengajak
anak-anak keluar karena adzan isya telah berkumandang. Saya pun bersiap-siap
mengajak putri bungsu untuk shalat berjamaah di rumah.
Usai shalat isya, pembicaraan mengenai wajah bercahaya
itu kembali melintas. Wudhu'... wudhu'...wudhu'... kata itu serasa
menggema di hati dan memenuhi kepala. Saya rasa sewaktu belajar tata cara
berwudhu' saat masa kecil, guru agama pernah mengajarkan keutamaan wudhu' ini,
akan tetapi saya tak ingat persisnya. Segera saya beranjak untuk mencari tahu
lagi tentang hal tersebut, perlahan saya baca beberapa sabda Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam...
“Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari
kiamat nanti dalam keadaan dahi, kedua tangan dan kaki mereka bercahaya, karena
bekas wudhu’.” (HR. Al Bukhari no. 136 dan Muslim no. 246)
Dapat dipastikan tak ada satu produk kecantikan pun
yang mampu menandingi cahaya yang terpancar dari wajah orang-orang yang terjaga
wudhu'nya. Karena cahaya dari air wudhu tak hanya dirasakan di dunia tapi di
hari kiamat pun mereka akan mudah dikenali Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, “Bagaimana engkau
mengenali umatmu setelah sepeninggalmu, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam? Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tahukah
kalian bila seseorang memilki kuda yang berwarna putih pada dahi dan kakinya
diantara kuda-kuda yang yang berwarna hitam yang tidak ada warna selainnya,
bukankah dia akan mengenali kudanya? Para shahabat menjawab: “Tentu wahai
Rasulullah.” Rasulullah berkata: “Mereka (umatku) nanti akan datang dalam
keadaan bercahaya pada dahi dan kedua tangan dan kaki, karena bekas wudhu’
mereka.” (HR. Mslim no. 249)
Tak hanya partikel-partikel debu maupun noda polusi
yang dapat dikikis dari wajah, wudhu' pun dapat melakukan sesuatu yang tak
dapat dilakukan oleh produk kecantikan manapun untuk dapat membasuh hal yang
tak pernah luput dari manusia seperti ditegaskan dalam hadits Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam, dari sahabat Anas bin Malik: “Setiap anak cucu
Adam pasti selalu melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik mereka yang melakukan
kesalahan adalah yang selalu bertaubat kepada-Nya.” (HR Ahmad, Ibnu Majah,
dan Ad Darimi)
Allah subhanahu wata’ala dengan rahmat-Nya yang amat
luas, memberikan solusi yang mudah bagi kita untuk membersihkan diri dari
noda-noda dosa, diantaranya dengan wudhu’. Hingga ketika seseorang selesai dari
wudhu’ maka ia akan bersih dari noda-noda dosa tersebut.
Dari shahabat Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Apabila seorang muslim atau mukmin
berwudhu’ kemudian mencuci wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya tersebut
setiap dosa pandangan yang dilakukan kedua matanya bersama air wudhu’ atau
bersama akhir tetesan air wudhu’. Apabila ia mencuci kedua tangannya, maka akan
keluar setiap dosa yang dilakukan kedua tangannya tersebut bersama air wudhu’
atau bersama akhir tetesan air wudhu’. Apabila ia mencuci kedua kaki, maka akan
keluar setiap dosa yang disebabkan langkah kedua kakinya bersama air wudhu’
atau bersama tetesan akhir air wudhu’, hingga ia selesai dari wudhu’nya dalam
keadaan suci dan bersih dari dosa-dosa.” (HR Muslim no. 244).
Selain itu, dengan selalu menjaga wudhu' seseorang
akan memperoleh kebahagiaan yang tak bisa diberikan produk kecantikan manapun,
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang dengannya Allah akan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajatnya? Para shahabat berkata: “Tentu, wahai Rasulullah. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menyempurnakan wudhu’ walaupun dalam kondisi sulit, memperbanyak jalan ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, maka itulah yang disebut dengan ar ribath.” (HR. Muslim no. 251)
“Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang dengannya Allah akan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajatnya? Para shahabat berkata: “Tentu, wahai Rasulullah. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menyempurnakan wudhu’ walaupun dalam kondisi sulit, memperbanyak jalan ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, maka itulah yang disebut dengan ar ribath.” (HR. Muslim no. 251)
Siapa yang tak menginginkan wajah bercahaya yang mudah
dikenali Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam? Siapa yang tak ingin
dosa-dosanya dihapus dan derajatnya dinaikan Allah subhanahu wata'ala? Saya
yakin, semua umat Islam pasti menginginkannya, bukan?
Subhanallah! Kilauan mutiara hikmah dari kejadian usai
shalat maghrib itu kini ada di hadapan mata...
Artikel di atas adalah tulisan dari Ineu, saya copas dalam rangka latihan pembuatan blog pada mata diklat prajabatan Teknologi Informasi Komputer (TIK).
Artikel di atas adalah tulisan dari Ineu, saya copas dalam rangka latihan pembuatan blog pada mata diklat prajabatan Teknologi Informasi Komputer (TIK).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar